Memilih Jodoh
Di
dalam membangun keluarga sakinah, salah satu upaya yang paling penting
adalah memilih pasangan yang tepat. Lantas bagaimana caranya memilih
pasangan untuk menuju keluarga sakinah? Di dalam memilih pasangan, ada
peranan rasa dan ada peranan ilmu. Perasaan cocok sering lebih 'benar'
dibanding pertimbangan ilmiah Jika seorang wanita dalam pertemuan
pertama dengan seorang lelaki langsung merasa bahwa lelaki itu terasa
sreg untuk menjadi suami, meski ia belum mengetahui secara detail siapa
identitas si lelaki itu, biasanya faktor perasaan sreg itu akan menjadi
faktor dominan dalam mempertimbangkan. Sudah barang tentu ada orang yang
tertipu oleh hallo efec, yakni langsung tertarik oleh penampilan,
padahal sebenarnya penampilan palsu. Sementara itu argumen rasional
berdasar data lengkap tentang berbagai segi dari karakteristik lelaki
atau perempuan, mungkin dapat memuaskan logika, tetapi mungkin terasa
kering, karena pernikahan bukan semata masalah logika, tetapi justeru
lebih merupakan masalah perasaan. Ada pasangan suami isteri yang dari
segi infrastruktur logis (misalnya keduanya ganteng dan cantik, usia
sebaya, rumah tempat tinggalnya bagus, penghasilan mencukupi,
kelengkapan hidup lengkap) mestinya bahagia, tetapi pasangan itu justru
melewati hari-harinya dengan suasana kering dan membosankan, karena
hubunganya lebih bersifat formal dibanding rasa. Perasaan sreg dan cocok
akan dapat mendistorsi berbagai kekurangan, sehingga meski mereka hidup
dalam kesahajaan, tetapi mereka kaya dengan perasaan, sehingga mereka
dapat merasa ramai dalam keberduaan, merasa meriah dalam kesunyian
malam, merasa ringan dalam memikul beban, merasa sebentar dalam
mengarungi perjalanan panjang. Mereka sudah melewati usia 40 tahun
perkawinan, tetapi serasa masih pengantin baru.
Akan tetapi
kita juga memiliki hawa disamping syahwat. Hawa nafsu adalah dorongan
(syahwat) kepada sesuatu yang bersifat rendah, segera, dan tidak
menghiraukan nilai-nilai moral, atau apa yang dalam teori Freud disebut
id, yakni aspek hewani dari manusia, dari struktur id, ego dan superego
(hewani, akali dan moral). Jika orang dalam memilih lebih depangaruhi
oleh hawa, maka kecenderunganya adalah pada kenikmatan segera atau
bahkan kenikmatan sesaat, bukan pada kebahagiaan abadi. Jika orang dalam
memilih lebih dipengaruhi oleh tuntunan nurani dan agama, maka
pertimbangannnya lebih pada memilih kebahagiaan abadi, meski untuk itu
sudah terbayang harus melampaui terlebih dahulu fase-fase kesabaran
dalam menghadapi kesulitan dan kepahitan hidup. Agama, seperti yang
dianjurkan oleh Nabi memberikan tuntunan dalam memilih pasangan. Ada
empat pertimbangan yang secara sosial selalu diperhatikan pada calon
pasangan yang akan dipilih, yaitu harta, keturunan , rupawan, keturunan
dan agama. Artinya, pasangan itu dinikahi karena empat pertimbangan,
kekayaannya, nasabnya, rupawannya dan agamanya. Pilihlah pasangan yang
beragama niscaya kalian beruntung. (H.R. Bukhari dan Muslim dari Abu
Hurairah).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar dengan sopan